Senin, 29 Januari 2018

Makalah Perubahan Organisasi Yang di Lakukan Oleh Perum DAMRI


 PERUBAHAN ORGANISASI 
YANG DI LAKUKAN OLEH PERUM DAMRI
DARI MASA KE MASA MENGALAMI PENINGKATAN

Nama                         : Siti Sahati
NIM                           : -
Nama PT                   : PERUM DAMRI



III B
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
OKTOBER
2017


ABSTRAK
Perum Damri merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi darat yang beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia. Perkembangan saat ini menunjukkan Perum Damri telah kehilangan banyak konsumennya, khususnya pada jalur-jalur transportasi komersil yang terbuka dengan persaingan bersama perusahaan transportasi lainnya. Agar tidak semakin tenggelam dalam persaingan tersebut, Perum Damri harus melakukan perubahan organisasi. Perubahan meliputi aspek makro yang terdiri dari perubahan organisasi dan/atau unit organisasi, perubahan mikro yang ditandai dengan perubahan individu di dalam Perum Damri, serta perubahan kultur organisasi. Model perubahan yang bisa diterapkan oleh Perum Damri adalah Model Schneider dan Beatty. Model itu meliputi seluruh aspek organisasi, seperti unsur strategi bisnis, kultur perusahaan, faktor kritis kesuksesan perusahaan, struktur perusahaan, kemampuan perusahaan dan personal dalam perusahaan, sistem perusahaan, perubahan sikap dan sehingga menghasilkan peningkatan performa perusahaan.



1.    PEDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (Damri) merupakan sejarah warisan dari perusahaan angkutan semasa pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun waktu sekitar 1943. Terdapat perusahaan bernama Jawa Unyu Zigyosha-sebuah perusahaan angkutan barang dengan truk dan cikar di pulau Jawa, serta Zidosha Sokyoku yang merupakan perusahaan angkutan penumpang bus. Seperti dikutip dari website Perum Damri, pemerintah Republik Indonesia kemudian mengelolanya di bawah fungsi Departemen Perhubungan (kini Kementerian Perhubungan). Oleh pemerintah, kedua perusahaan angkutan warisan Jepang tersebut diubah namanya menjadi "Djawatan Pengangkutan Untuk Angkutan Barang" dan "Djawatan Angkutan Darat Untuk Angkutan Penumpang". Pada tanggal 25 November 1946, berdasarkan maklumat Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 01/DM/46, kedua perusahaan tersebut disatukan dan diberi nama "Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia" atau disingkat Damri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1984, sebagaimana telah diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002, status Damri diubah menjadi Perusahaan Umum Damri, dengan berbagai jenis layanan transportasi.
Pada dekade 1990-an, Damri menjadi moda transportasi favorit masyarakat, termasuk di wilayah kabupaten/Kecamatan. Damri tidak memiliki saingan berat. Hanya ada beberapa perusahaan otobus (PO) lain yang melayani pada rute tersebut, semisal Anggrek Cempaka. Damri menjadi pilihan utama masyarakat yang akan menuju ke berbagai kota di DKI Jakarta. Namun seiring berjalannya waktu, Damri kemudian mulai kehilangan pelanggannya. Hal itu karena jadwal keberangkatan bus Damri yang tidak tepat waktu. Perjalanan juga sering  terkendala dengan kondisi armada yang sering rusak, serta praktek nakal dari sopir dan kondektur yang seringkali memindahkan penumpang di tengah perjalanan ke bus lain. Survey lapangan terakhir pada 21 Desember 2015, di terminal Bobotsari terdapat 22 armada bus yang melayani rute Bobotsari – Jakarta. Dari jumlah itu, Damri hanya bertumpu pada 2 armada bus saja, dan itupun jarang mendapatkan penumpang. Kondisi itu sangat bertolak belakang apabila dibandingkan dengan berbagai kompetitor lainnya, seperti PO Sinar Jaya yang setiap hari bisa memberangkatkan tidak kurang dari 16 bus berukuran besar.
1.2         Permasalahan
Pada masa sekarang ini, Perum Damri sedang mengalami penurunan jumlah penumpang yang menggunakan jasa angkutan perusahaan tersebut, khususnya pada rute komersil jarak jauh. Setiap hari, hanya sedikit orang yang menjatuhkan pilihan ke Damri untuk mengantarkannya ke kota tujuan. Itu pun terjadi manakala penumpang tidak memiliki pilihan perusahaan angkutan lain. Selain itu juga persaingan yang semakin sengit nya yang terjadi antar perusahaan bus, dimana mereka semakin berlomba-lomba untuk meningkatkan pelayanan mana yang dianggap paling terbaik oleh khalayak umum atau penumpang.
1.3         Perumusan Masalah
Perum Damri harus melakukan perubahan dalam pengelolaan angkutannya. Dalam hal ini, akan dibahas beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Mengapa Perum Damri harus berubah?
2.    Bagaimana Perum Damri berubah?
3.    Apakah perubahan tersebut merupakan perubahan yang terencana atau tidak terencana?
4.    Apa model perubahan yang tepat diterapkan oleh Perum Damri?
5.    kapan Perum Damri harus berubah?




2.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Pengertian Perubahan Organisasi Perum Damri
 Perubahan organisasi adalah kegiatan episodic, artinya perubahan dimulai pada satu titik, berlanjut melalui serangkaian tahap, dan mencapai puncaka dalam hasil yang diharapkan oleh mereka yang terlibat berupa perbaikan dari titik awal. Perubahan memiliki permulaan, pertengahan dan akhir. Perubahan organisasi atau pembaharuan organisasi (organizational change) didefinisikan sebagai pengadopsian ide-ide atau perilaku baru oleh sebuah organisasi. Organiasasi dirancang untuk beradaptasi dengan peruabahan lingkungan melalui pembaharuan dan pengembangan internal. Perubahan organisasi dicirikan dengan berbagai usaha penyesuaian-penyesuaian disain organisasi di waktu mendatang. Pengelolaan perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup organisasi, tetapi juga sebagai tantangan pengembangan. Dalam pengertian lain perubahan organisasi merupakan proses penyesuaian desain organisasi terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi. Perubahan dapat bersifat reaktif dan proaktif.
PERUM DAMRI merupakan satu-satunya perusahaan transportasi darat milik pemerintah berbentuk bus. PERUM DAMRI telah berganti nama dari waktu ke waktu. Bermula pada masa pendudukan Jepang, dibentuk angkutan penumpang bernama Zidosha Sokyoku dan angkutan barang bernama Konjo/Jawa Unju Zigyosha. Kemudian kedua jawatan tersebut digabung menjadi “Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia” (DAMRI). Pada tanggal 1 Juni 1963 jawatan tersebut berubah menjadi BPU. PN. DAMRI. Setelah itu di ubah lagi pada masa orde baru menjadi PN. DAMRI. Kemudian pada masa reformasi, berubah menjadi PERUM DAMRI.
Perubahan-perubahan ini membuat PERUM DAMRI terus berusaha membuktikan eksistensinya. Perubahan ini menimbulkan dampak positif dan negatif bagi perusahaan. Dampak positif dari perubahan status ini salah satunya yaitu perusahaan dapat menentukan keputusannya sendiri tanpa campur tangan pemerintah dan perusahaan dapat mengelola keuangannya sendiri. Sementara itu dampak negatifnya, yaitu adanya pengurangan subsidi oleh pemerintah terhadap perusahaan. Walaupun perusahaan tetap diberikan subsidi, namun tidak sebesar sewaktu DAMRI masih berstatus Perusahaan Negara (PN). Selain itu, DAMRI dituntut berusaha keras untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya agar mampu bertahan dalam persaingan bisnis.
Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (Damri) juga merupakan sejarah warisan dari perusahaan angkutan semasa pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun waktu sekitar 1943. Terdapat perusahaan bernama Jawa Unyu Zigyosha-sebuah perusahaan angkutan barang dengan truk dan cikar di pulau Jawa, serta Zidosha Sokyoku yang merupakan perusahaan angkutan penumpang bus. Perum Damri merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi darat yang beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia. Perkembangan saat ini menunjukkan Perum Damri telah kehilangan banyak konsumennya, khususnya pada jalur-jalur transportasi komersil yang terbuka dengan persaingan bersama perusahaan transportasi lainnya.  
Seperti dikutip dari website Perum Damri, pemerintah Republik Indonesia kemudian mengelolanya di bawah fungsi Departemen Perhubungan (kini Kementerian Perhubungan). Oleh pemerintah, kedua perusahaan angkutan warisan Jepang tersebut diubah namanya menjadi "Djawatan Pengangkutan Untuk Angkutan Barang" dan "Djawatan Angkutan Darat Untuk Angkutan Penumpang". Pada tanggal 25 November 1946, berdasarkan maklumat Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 01/DM/46, kedua perusahaan tersebut disatukan dan diberi nama "Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia" atau disingkat Damri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1984, sebagaimana telah diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002, status Damri diubah menjadi Perusahaan Umum Damri, dengan berbagai jenis layanan transportasi.
Pada dekade 1990-an, Damri menjadi moda transportasi favorit masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, Damri kemudian mulai kehilangan pelanggannya. Hal itu karena jadwal keberangkatan bus Damri yang tidak tepat waktu. Perjalanan juga sering terkendala dengan kondisi armada yang sering rusak, serta praktek nakal dari sopir dan kondektur yang seringkali memindahkan penumpang di tengah perjalanan ke bus lain. Perum Damri saat ini mengalami penurunan jumlah penumpang yang menggunakan jasa angkutan perusahaan tersebut, khususnya pada rute komersil jarak jauh. Setiap hari, hanya sedikit orang yang menjatuhkan pilihan ke Damri untuk mengantarkannya ke kota tujuan. Itu pun terjadi manakala penumpang tidak memiliki pilihan perusahaan angkutan lain. Agar tidak semakin tenggelam dalam persaingan tersebut, Perum Damri harus melakukan perubahan organisasi. Perubahan meliputi aspek makro yang terdiri dari perubahan organisasi dan/atau unit organisasi, perubahan mikro yang ditandai dengan perubahan individu di dalam Perum Damri, serta perubahan kultur organisasi. Oleh karenanya, seluruh insan DAMRI diminta membuat perubahan, utamanya dalam menyediakan armada, kompetensi sumber daya manusia (SDM), dan pelayanan kepada pelanggan.
2.2         Jenis Perubahan
Perubahan pada Perum Damri harus dilakukan dalam tiga aspek sekaligus, yakni aspek makro, aspek mikro, dan aspek kultur organisasi. Sebagai bagian yang terkandung dalam ketiga aspek tersebut, perubahan organisasi erat kaitannya dengan proses komunikasi (Gomez & Ballard, 2013; Christensen, 2014; Collm & Schedler, 2014; Eisenberg, Johnson, Pieterson, 2015). Artinya, selama proses perubahan terjadi, harus dilakukan proses komunikasi terhadap semua elemen yang berkaitan dengan Perum Damri dan bersifat multidimensional, agar perubahan itu terjadi secara menyeluruh.
Menurut Christensen (2014) komunikasi merupakan alat untuk mengumumkan, menjelaskan atau menyiapkan individu di dalam sebuah organisasi untuk berubah. Kemudian, penting pula dilakukan analisis jaringan sosial pada Perum Damri untuk mengetahui arus informasi (Mergel & Hennig, 1996; Davies, 2009; Eisenberg, Johnson, Pieterson, 2015) di dalam organisasi. Arus informasi dimanfaatkan untuk menyebarluaskan program perubahan kepada seluruh struktur organisasi melalui opinion leader.
a.    Aspek makro
Dalam skenario aspek makro, perubahan dilakukan melalui penyesuaian pada organisasi dan/atau unit organisasi (Valentinov, 2015). Misalnya, terdapat perangkat organisasi di Perum Damri yang perlu dikurangi, atau ditambah dengan perangkat organisasi baru. Tidak menutup kemungkinan pula adanya struktur organisasi yang harus dihilangkan sama sekali demi meningkatkan efektifitas kinerja. Peremajaan armada bus pada Perum Damri juga menjadi bagian dari perubahan makro. Struktur  organisasi kadangkala menghambat inovasi di dalam organisasi tersebut (Dillon & Gupta, 2015) karena pola kerja yang dilakukan hanya sekedar rutinitas (Rerup & Feldman, 2014; Collm & Schedler, 2014).
Diperlukan pengaturan kembali dalam struktur organisasi (Davies & Brown, 2014; Gobble, 2015), yang didahului dengan diagnosa struktur apa yang perlu dirubah, ditambah, atau dihilangkan, termasuk masalah apa saja yang dihadapi oleh unit organisasi (McFillen, O’Neil, Balzer, Varney, 2013) Setelah dilakukan restrukturisasi dengan melahirkan bentuk baru organisasi atau unit organisasi (Soulsby & Clark, 2013; Rerup & Feldman, 2011; Davies & Brown, 2014) serta mengidentifikasi masalah yang membuat organisasi dan unit organisasi sulit berkembang (Soulsby & Clark, 2013), langkah selanjutnya adalah melakukan perubahan secara organisasional (Vakola, 2013) yang ditunjukkan dengan adanya kreatifitas dan inovasi dari setiap unit organisasi (Dhillon & Gupta, 2015) yang siap merespon tuntutan di masa depan (Davies & Brown, 2014) pada Perum Damri.
b.    Aspek mikro
Dari sisi aspek mikro, perubahan dilakukan dalam level individu setiap orang yang ada di dalam Perum Damri. Aspek ini menyangkut pada tataran  individu individu yang memegang tampuk kepemimpinan Perum Damri, dan menyangkut pula pada individu yang ada pada tataran operasional, semisal sopir dan kernet bus, penjaga loket karcis dan siapapun yang berkontribusi pada operasional Perum Damri. Putra (2013) menyatakan, organisasi membutuhkan banyak hal untuk menjadi lebih    efektif, salah satunya melalui perilaku individu dalam organisasi. Individu merupakan faktor penting yang tidak bisa lepas dari organisasi. Karena peningkatan efektifitas organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas perilaku yang ditunjukkan oleh individu atau anggota yang mempunyai peran untuk menjalankan tugas di dalam organisasi. Pelaksanaan atas tugas tersebut tidak hanya tugas yang telah ditetapkan saja (in-role), namun pelaksanaan tugas yang bersifat extra-role juga sangat dibutuhkan oleh organisasi.
Perubahan pada individu memiliki keterkaitan motivasi dan kesiapan individu tersebut untuk berubah (Glor, 2014; Vakola, 2013). Perubahan bisa dilakukan dengan intervensi yang dilakukan oleh pimpinan (Vakola, 2013; Shin, Taylor, Gu Seo, 2013; Christensen, 2014) maupun atas kesadaran individu di dalam organisasi itu sendiri  (Vakola, 2013; Lukka & Partanen, 2014; Glor, 2014), namun untuk mewujudkan perubahan melalui dua metode itu harus dilakukan komunikasi secara intensif di dalam organisasi tersebut untuk mengurangi resistensi (Christensen, 2014), dan diperlukan pula training untuk membiasakan individu dengan pola, system atau perangkat kerja baru pasca perubahan (Olsen & Stensaker, 2013). Artinya, perubahan pada individu di dalam Perum Damri merupakan hasil dari kombinasi berbagai hal, seperti hasil komunikasi, pelatihan secara intensif atas program perubahan yang diatur melalui kebijakan manajerial, serta hasil perubahan yang berasal dari kesadaran individu pada Perum Damri
c.    Aspek kultur organisasi
Pada aspek kultur organisasi, perubahan dilakukan dengan mengganti budaya organisasi yang tidak mendukung kinerja, dengan budaya organisasi yang bias meningkatkan kinerja Perum Damri. Itu karena kelemahan kultur organisasi akan membuat elemen lain di dalam organisasi tersebut terkena imbasnya dan mengalami pelemahan (Hacker, 2015). Perubahan kultur organisasi (Silverster, Anderson, Piterson, 1999; Christensen, 2014; Glor, 2014) di Perum Damri, menjadi salah satu  perubahan yang tidak bisa dihindari (Lukka & Partanen, 2014; Gobble, 2015), misalnya merubah etika yang diterapkan dalam organisasi (Martin, Johnson, Cullen, 2009) atau dengan merubah sikapnya (Clark, 2004; Yuwono & Putra, 2005; Shin, Taylor, Seo, 2012).
Perubahan kultur di dalam Perum Damri diawali dengan mengidentifikasi berbagai kultur yang perlu dirubah (Miller, 1998), melakukan desain pemikiran dan kesadaran bahwa kultur yang dirubah itu akan membawa kemajuan bagi organisasi (Brown & Martin, 2009; Mauer, 2011; Geiger & Schröder, 2014), membuat lebih inovatif (Brown & Martin, 2009; Collm & Schedler, 2014) dan membawa perubahan keberuntungan bagi organisasi (Gobble, 2015). Kemudian, diperlukan pula leader yang menjadi acuan dan menggerakkan perubahan kultur tersebut secara konsisten dan kontinyu (Suwartiningsih & Kuswardani, 2005; Millar, Delves, Harris, 2010; Allen, Smith, Da Silva, 2013; Eisenberg, Johnson, Pieterson, 2015), karena perubahan kultur memerlukan waktu yang lama (Hacker, 2015).

2.3         Proses Perubahan Perum Damri
Dalam melakukan perubahannya, Perum damri menemui berbagai masalah yang menghadang. Namun masalah tersebut tidak membuat perum damri urung untuk melakukan perubahan demi menjadi yang lebih baik lagi. Untuk mengatasi persaingan bisnis dilakukan oleh pihak PERUM DAMRI dibantu para pegawainya. Pegawai diharapkan ikut berperan aktif dalam membangun perusahaan. Namun, ternyata dalam pencapaiannya terdapat hambatan-hambatan yang dapat memperlambat kesuksesan perusahaan; seperti modal, teknologi, dan saingan bisnis, termasuk didalamnya yang paling meresahkan adalah hambatan dari para pegawai. Sejak diberlakukannya perubahan status dan kebijakan baru banyak hambatan-hambatan yang muncul dari pegawai DAMRI. Khususnya terlihat pada divisi administrasi pada level staff. Menurut Kepala Sub Bagian Kepegawaian, pada staff administrasi paling banyak terlihat perilaku kerja seperti tidak memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik, tidak menyelesaikan deadline yang diberikan perusahaan, tingginya keterlambatan masuk kantor, penurunan produktivitas dan terdapat pengunduran diri.
Divisi administrasi berada langsung dibawah Kepala Unit PERUM DAMRI BANDUNG, dibawah Divisi Administrasi terdapat Sub Divisi Keuangan, Kepegawaian, Umum & Rumah Tangga. Divisi administrasi merupakan divisi penting kerena memiliki tugas untuk mencari peluang bisnis dan memutar keuangan yang masuk agar terus mendapatkan keuntungan, serta mengatur manajemen perusahaan. Oleh karena itu diperlukan kinerja yang aktif untuk terus mencari peluang bisnis oleh staff administrasi. Jika para staff administrasi tidak menemukan peluang-peluang bisnis tersebut, maka PERUM DAMRI akan terkena dampak moneter dan akan terjadi kemunduran dalam perusahaan serta merugikan dalam bentuk finansial. Apabila kinerja staff administrasi dinilai tidak sesuai dengan tujuan perusahaan maka dapat menghambat aktivitas pekerjaan. Staff bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub-Bagian dan Kepala Bagian. Tugasnya antara lain penetapan perencanaan pekerjaan harian, mingguan, bulanan, menghitung pendapatan harian, mencari rekan bisnis dan investor, mengumpulkan ide-ide pembaharuan perusahaan, membina bawahan dan melanjutkan pesan pimpinan ke bawahan.
Agar staff dapat bekerja dengan optimal, maka perusahaan perlu memperhatikan kepuasan kerjanya. Kepuasan kerja dapat diciptakan melalui suasana kerja yang mendukung kualitas dan produktivitas. Adanya penanganan yang baik dari perusahaan terhadap pegawainya diharapkan dapat mempertinggi kontribusi pegawai terhadap perusahaan. Jika tidak, akan menghambat tercapainya tujuan perusahaan. (Lofquist & Davis, 1967) Ketidakpuasan pegawai akan menimbulkan tampilan kerja seperti pelanggaran deadline, produktivitas kerja menurun, tingkat ketidakhadiran tinggi, mogok kerja atau yang lebih mengkhawatirkan lagi yaitu turn over. Sebaliknya, jika pegawai mengalami kepuasan dalam pekerjaannya maka tampilan kerja pegawai adalah tingkat kehadiran tinggi, penyelesaian pekerjaan sebelum deadline dan produktivitas meningkat. Pegawai akan merasa puas apabila perusahaan berusaha memperhatikan hak-hak pegawai dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai dalam perusahaan, sehingga pegawai merasa betah, senang bekerja, bekerja dengan sungguh-sungguh dan pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai.
Menurut Kepala Divisi Sub Bagian Kepegawaian, berdasarkan laporan kepegawaian dan keluhan langsung dari staff administrasi memperlihatkan bahwa beberapa staff administrasi di DAMRI merasa kurang puas terhadap gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan dalam mendukung pekerjaan, serta kurang puas terhadap komunikasi dengan atasan yang dinilai sangat formal. Pada akhirnya, staff yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya akan sering melanggar deadline dan sering melanggar kebijakan perusahaan, akibatnya akan menghambat aktivitas keseluruhan perusahaan. Selain ketidakpuasan, staff administrasi pun memiliki kepuasan bekerja di PERUM DAMRI, di samping pekerjaannya yang tidak terlalu rumit, tidak susah, dan lingkungan kerja yang bersifat kekeluargaan yang erat membuat para staff betah bekerja dan tidak bosan dengan pekerjaannya. Staff betah bekerja karena organisasi kekeluargaan dari PERUM DAMRI yang banyak membantu staff dalam bekerja. Terlihat dari lamanya pegawai staff bertahan pada posisinya.
Menurut Lofquist & Davis (1967), kepuasan kerja harus diperhatikan agar pegawai dapat bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh sesuai dengan keinginan perusahaan. Setiap pegawai memiliki berbagai kebutuhan dan harapan yang perlu dipuaskan dalam pekerjaannya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain yaitu pelayanan sosial, kreativitas, nilai-nilai moral, kemandirian, variasi, otoritas, pemanfaatan kemampuan, status sosial, kebijaksanaan perusahaan, hubungan dengan atasan, keamanan, imbalan, kondisi kerja, kemahiran, kemampuan teknis atasan, rekan kerja, tanggung jawab, pengakuan, prestasi, dan aktivitas.
Hasil survei awal terhadap 20 orang staff administrasi memperlihatkan bahwa 70% merasakan eratnya hubungan kekeluargaan di PERUM DAMRI yang membuat mereka tetap bertahan bekerja. Sebanyak 40% mengatakan bahwa mereka menganggap komunikasi kurang efektif dengan para pimpinan. Terdapat 65% merasakan bahwa tujuan perusahaan telah sesuai dengan tujuan pegawai. Sejumlah 55% menyatakan senang karena adanya jenjang karir dan adanya kesempatan berkembang dalam perusahaan. Terdapat 80% mengatakan gaji pokok yang diterima kurang sesuai dan terlalu kecil. Terdapat 75% membutuhkan pengakuan tentang hasil kerja yang dilakukan untuk memajukan perusahaan, seperti mendapat bonus ketika hasil kerja dianggap memuaskan. Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat adanya perbedaan perasaan mengenai kepuasan yang dialami tiap pegawai dan sangat subjektif. Dengan pengungkapan beberapa fakta diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti derajat kepuasan kerja pada staff administrasi PERUM DAMRI Bandung.
3.    PEMBAHASAN
3.1         Bagaimana Perubahan/Pengembangan Organisasi dilakukan
PERUM DAMRI memiliki visi menjadikan DAMRI sebagai perusahaan jasa angkutan penumpang orang dan barang yang handal serta mampu bersaing dan dapat memenuhi harapan stake holder (pemegang saham) menuju kemandirian. Kemandirian yang dimaksud yaitu tidak bergantung lagi pada subsidi dari pemerintah. Perusahaan mencari pendapatan sendiri untuk mengupah para pegawai serta mengembangkan perusahaannya. Pada suatu perusahaan, salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan adalah pengembangan sumber daya manusia, yaitu para pegawai. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dari seluruh pegawai untuk membangun perusahaan.
Sedangkan misi-misi perusahaannya, yang pertama yaitu meningkatkan pelayanan dengan mengutamakan keselamatan dan kepuasan pelanggan melalui Pelayanan Prima. Kedua, meningkatkan nilai perusahaan melalui kerjasama usaha antar perusahaan berdasarkan prinsip saling menguntungkan. Ketiga yaitu, meningkatkan pengelolaan perusahaan melalui peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja untuk meningkatkan daya saing. Terakhir yaitu meningkatkan pembinaan Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan profesionalisme dan peningkatan kesejahteraan. Misi tersebut diharapkan dapat tercapai oleh perusahaan dengan kepuasan kerja yang dimiliki pegawai dan dapat membangun perusahaan.

3.2         Hambatan –Hambatan Dalan Perubahan Organisasi Perum Damri
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perubahan yang muncul pada Perum Damri tentunya akan dibarengi dengan hambatan-hambatan yang terjadi. Hambatan-hambatan itu antara lain :
a) Kurangnya pemahaman dari Sumber daya manusia yang ada di perum damri itu sendiri
b)  Kurangnya modal yang diberikan oleh pemerintah
c)  Persaingan yang semakin ketat antara perusahaan umum transportasi bus lainnya
Dan masih banyak lagi hambatan-hambatan lainnya. Namun sekalipun memang ditemui hambatan dalam proses perubahan tersebut, hal itu tidaklah membuat perum damri merasa berkecil hati. Justru mereka semakin bersemangat dalam menghadapi proses perubahan tersebut. Tentunya perubahan akan terjadi ketika antara satu sama lain saling membantu. Baik itu antara pimpinan dan bahwahan atau pun bantuan dari pemerintah itu sendiri.
Permasalahan-permasalah yang muncul pada Perum Damri diatas sudahlah tidak dipermasalahkan kembali di tahun ini. Karena pada dasarnya pemerintah pusat dalam menghadapi permasalahan itu telah melakukan perubahan yang sangat signifikan terhadap Perum Damri ini. Perubahan yang dilakukan pemerintah salah satunya ialah dengan melakukan pengaturan kembali peraturan perundang-undangan tentang Perum Damri yaitu peraturan pemerintah republik indonesia nomor 30 tahun 1982 tentang pengalihan bentuk perusahaan negara angkutan motor "damri" menjadi perusahaan umum (perum) Serta peraturan pemerintah RI  nomor 31 tahun 1984 tentang perusahaan umum (perum) damri.
Seperti halanya yang terjadi ditahun 2014 lalu, Perum Damri telah melakukan penambahan armada sekitar 197 unit armada bus. Adapun dana yang diperlukan untuk mendatangkan bus tersebut, mencapai Rp128,05 miliar, dengan estimasi harga satu unit armada tersebut sekira Rp650 juta. Besaran capex pada 2014 ini lebih kecil jika dibandingkan dengan capex yang disiapkan pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp424 miliar. Selain itu, dana capex Damri berasal dari tiga sumber, yakni dari kas internal, dana pinjaman perbankan, dan juga non-perbankan seperti dari capital market. Tidak hanya itu, Damri juga berniat untuk menaikan tarif pada rute tertentu.
Damri mempunyai rencana kerja jangka panjang tahun 2014-2018. Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun depan strateginya perubahan dan tranformasi bisnis. Untuk mencapai itu, tentunya di direktorat-direktorat kami sudah dan akan melakukan beberapa hal. Direktorat Komersial misalnya, dari pertengahan tahun kemarin, melakukan pengembangan dan penerapan e-ticketing. Sebetulnya sudah diberlakukan sejak lama tapi sempat terhenti dan dimulai lagi pertengahan tahun kemarin. Kemudian sedang diuji juga di Bandara Soekarno-Hatta, yakni pemasangan passanger information system untuk menyampikan ke penumpang, posisi kendaraan dan perkiraan kendaraan sampai ke tujuan. Bisa dilihat di monitor di ruang tunggu. Sekarang sudah terpasang dalam bentuk estimate time arrival atau ETA di terminal 3 ultimate. Nanti kalau terminal 3 sudah clear, baru yang di terminal 1, 2, sistemnya diadopsi dari terminal 3.
Untuk di Direktorat Teknik dilakukan, soal pengadaan alat-alat khusus. Dulu tidak semua daerah punya hanya dicabang-cabang tertentu saja yang punya. Ke depan, meski belum semuanya punya tapi paling tidak di cabang-cabang besar yang punya armada baru dilengkapi oleh itu. Kemudian pemasangan sistem informasi untuk memantau kendaran, perilaku pengemudi, dan mesinnya juga kami maksimalkan. Di Direktorat Keselamatan dan Pelayanan, sekarang sedang berupaya mendapat sertifikasi untuk bidang keselamatan. Kalau ini kami peroleh, peluang untuk kerja sama dengan pihak-pihak yang mengedepankan keselamatan, eskpatriat misalnya, itu bisa dilakukan. Nah, yang mengeluarkan itu lembaga sertifikasi di Jerman. Kalau sertifikasi itu sudah ada, kami bisa juga ikut tender-tender yang  dilakukan oleh ekspatriat itu. Artinya kita main di keselamatan tapi komersialnya juga dapat. Kemudian di pelayanan, kami bikin desain baru agar lebih baik. Misalnya untuk bus jenis Royale, itu biasanya hanya bus eksekutif atau bisnis. Sekarang kami tingkatkan kualitasnya. Jika biasanya untuk kelas Royale itu, kursinya 2-2, sekarang 2-1, lengkap dengan fasilitas pendingin, dan coffee maker. Jadi kepuasan pengguna bisa meningkat.
Diterapkan pula greeting petugas sebelum bus berangkat, pemasangan tanggap darurat dan doa sebelum perjalanan seperti di pesawat. Juga menerapkan system labeling, supaya barang-barang penumpang tidak tertukar atau hilang. Sekarang sudah sangat minim kasus hilang atau tertukarnya barang. Apalagi sekarang di bus-bus itu sudah ada CCTV, jadi sangat membantu. Di Direktorat Keuangan menuju transformasi, kami selama ini menggunakan sistem keuangan tata buku yang pembukuannya masih serba manual dan belum menggunakan komputerisasi. Komputerisasi digunakan hanya untuk input data. Karena memang budayanya masih begini. Kami juga menggunakan sistem keuanganInternational Financial Reporting Standard (IFRS). Dimanapun laporan disampaikan, itu akan sama dengan yang diterima orang lain, IFRS itu sudah merupakan standar internasional. Terakhir di Direktorat SDM, bekerja sama dengan badan yang menyelenggarakan pendidikan dan latihan untuk karyawan-karyawan kami. Salah satunya dengan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan yang berada di Tegal. Damri sedang melakukan regenerasi, kami sedang rekrut 48 calon karyawan yang kami titipkan di sana untuk dididik selama tigatahun. Mudah-mudahan tahun depan sudah lulus. Mereka nanti bisa menjadi ahli-ahli transportasi Damri.
Setelah melalui beberapa permasalahan di tahun-tahun sebelumnya, akhirnya Perusahaan umum (Perum) Damri berhasil mencetak kinerja positif di 5 tahun terakhir. Ini dibuktikan perusahaan sukses membukukan kenaikan laba siginifikan pada tahun ini. Direktur Keuangan Perum Damri Sri Purwanto mengemukakan, hingga September 2016 perusahaan berhasil meraih laba sebesar Rp44,33 miliar atau melonjak cukup signifikan dibandingkan akhir 2015, yang hanya meraup laba Rp2,91 miliar. Peningkatan laba ini, tidak lantas membuat Perum Damri puas. Perusahaan terus melakukan perbaikan layanan dan peningkatan kualitas dari berbagai sisi. Di tempat yang sama, Direktur Keselamatan dan Pelayanan Perum Damri, ada beberapa hal penting yang mengatrol peningkatan laba perusahaan tahun ini. Antara lain, jumlah isian penumpang. Jika di perusahaan transportasi swasta penumpang bus tak sampai 10 penumpang, bus tersebut pasti tidak akan jalan atau dialihkan ke bus lain. Selain itu, ada beberapa rute sedang antar-daerah dan antar-negara yang menopang kinerja perusahaan. "Misalnya dari Lampung mereka mau ke Jakarta, mereka pasti naik Damri karena percaya sama kita. Kemudian angkutan antar negara, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, Damri itu termasuk transportasi favorit. Itu juga memberikan benefit buat kita.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengucurkan subsidi angkutan perkotaan. Subsidi tersebut diberikan melalui Perum Damri. Setidaknya, subsidi tersebut diberikan di 11 kota yakni Medan, Padang, Palembang, Bandar Lampung, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan Makassar. Rencananya total subsidi yang akan disalurkan sebesar Rp16,4 miliar. Sedangkan untuk bus yang akan dioperasikan dalam program Bus Rapid Transit (BRT) tersebut sebanyak 390 unit bus. Direktur Angkutan dan Multimoda Kementerian Perhubungan Cucu Mulyana, meminta kepada jajaran Perum Damri untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Jika Perum Damri dapat menjalankan tugasnya dengan baik, lanjutnya, maka pemerintah lewat Kemenhub, akan melanjutkan pemberian subsidi untuk tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, Plt Direktur Utama Perum Damri, Sarmadi Usman, berpesan kepada seluruh General Manager cabang-cabang yang mengoperasikan Bus BRT untuk melaksanakan SOP pengoperasian bus sesuai dengan ketentuan, baik sebelum beroperasi, saat beroperasi maupun setelah beroperasi.
Semakin meningkatnya pelayanan dan keuntungan yang di dapatkan dan diberikan oleh Perum Damri, Operator transportasi darat Perum DAMRI mendapat penghargaan terbaik kedua keselamatan transportasi 2016 dari Kementerian Perhubungan. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyerahkan penghargaan tersebut di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Rabu 21 Desember 2016. Selain Perum DAMRI ada tiga operator dari moda transportasi lain yang mendapat penghargaan. Mereka dinilai memenuhi standar dan prosedur keselamatan terbaik. Secara berturutan, empat operator transportasi terbaik tersebut adalah PT Garuda Indonesia (Persero) (nilai 95,91), Perum DAMRI (89,56), PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) dan PT Dharma Lautan Utama (nilai 86,94).
Menhub mengatakan bahwa keselamatan transportasi sangat penting dan wajib dikedepankan. Menurutnya operator adalah ujung tombak transportasi. Penilaian penghargaan dilakukan dengan mengevaluasi dan menilai kinerja keselamatan masing-masing operator transportasi pada 2015. Penilaian ini berlangsung tiap tahun. Penilaian bertujuan mendorong dan mewujudkan terciptanya pelayanan transportasi terbaik dalam menjamin tingkat keselamatan transportasi. Kegiatan ini akan terus ditingkatkan dan disempurnakan.
KESIMPULAN
Perum DAMRI adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki sejarah panjang, sejak sebelum Indonesia merdeka pada 1945. Sejarah DAMRI berawal pada 1943, ketika pemerintah penjajahan Jepang memiliki dua usaha angkutan umum. Yang pertama adalah Jawa Unyu Dzigyosha (angkutan barang) dengan truk, gerobak (cikar). Yang kedua Dzidosha Sokyoku (angkutan penumpang) dengan kendaraan bermotor(bus). Pada 1945 Indonesia merdeka dan Kementerian Perhoeboengan RI (Jawa Unyu Dzigyosha) mengubah nama menjadi “Djawatan Pengangkoetan” untuk angkutan barang. Dzidosha Sokyoku beralih menjadi ” Djawatan Angkutan Darat” untuk angkutan penumpang. Pada 25 November 1946, kedua organisasi itu bergabung berdasar “Makloemat Menteri Perhoeboengan RI No.01/DAM/46”. Dari situ dibentuklah “Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia” disingkat DAMRI. Tugas utamanya menyelenggarakan pengangkutan darat dengan bus, truk, dan angkutan bermotor lainnya.
Tugas ini pulalah yang menjadikan semangat “Kesejarahan” DAMRI yang telah memainkan peranan aktif dalam kiprah perjuangan mempertahankan kemerdekaan melawan agresi Belanda di Pulau Jawa. Pada 1961 terjadi peralihan status DAMRI menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara (BPUPN) berdasarkan PP No.233 Tahun 1961. Pada 1965 BPUPN dihapus dan DAMRI ditetapkan menjadi Perusahaan Negara (PN). Pada 1982 DAMRI beralih status menjadi Perusahaan Umum (PERUM) berdasarkan PP No. 30 Tahun 1984, selanjutnya dengan PP No. 31 Tahun 2002, hingga kini. Perum DAMRI mendapat mandat dan wewenang untuk menyelenggarakan jasa angkutan umum untuk penumpang dan atau barang di atas jalan dengan kendaraan bermotor.



DAFTAR PUSTAKA
§  Allen, S.L., Smith, J.E., Da Silva, N. 2013. Leadership Style in Relation to Organizational
Change and Organizational Creativity Perceptions from Nonprofit Organizational Members. Nonprofit Management & Leadership, 24(1): 23 – 43.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar