Kamis, 16 Juni 2016

Makalah Tentang Qs. Al-Balad

MAKALAH MULOK
QS. AL- BALAD


KELOMPOK 1

Anggota :
1.         Johan .M
2.         Aldi Cahya Dinata
3.         Ilham Saripudin
4.         Ahmad Marselino
5.         Epa Anggraeni
6.         Siti Sahati
7.         Rika Aryanti
8.         Sri Wulandari



MADRASAH ALIYAH NEGERI BAYAH
TAHUN AJARAN 2015/2016



KATA PENGANTAR
Segala puji syukur  kami panjatkan ke hadirat allah swt karena dengan rahmat dan taufik dan hidayah-Nya kami menyusun makalah tentang Qs.Al-Balad.
Makalah ini mengacu pada beberapa sumber. Penyusun makalah ini disajikan dengan bahasa yang komunikatif dan penjelasannya yang ringkas, padat, serta jelas dimaksud untuk membantu mempermudah rekan siswa dalam menelaah bahan makalah tentang Qs.Al-Balad ini.
Penyusun sudah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan makalah ini agar benar-benar bermanfaat, mudah dipahami dan dapat diterima oleh rekan siswa. Demikian kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena itu yang berupa saran dan kritik membangun  sangat kami harapkan.




Bayah, 17 agustus 2015




Penyusun



DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
           1.      Lafadz dan terjemahan Qs. Al-Balad.............................................................. 4
           2.      Arti Al Balad perkata ..................................................................................... 5
           3.      Tafsir ............................................................................................................. 6-9
           4.      Fiqhul ayat ...................................................................................................... 9
BAB III Penutup
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 11




BAB I
PENDAHULUAN

Surah Al-Balad (bahasa Arabالبلد) adalah surah ke-90 dalam al-Qur'an. Ulama sepakat bahwa surat ini adalah surat Makkiyah yang artinya surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.Jumlah ayatnya ada 20 ayat.
Alasan disebut dengan surat Al-balad adalah karena Allah SWT bersumpah pada awal surat ini dengan menggunakan kata Al-balad yaitu         Al-baladul (harom)…negeri yang harom,negeri yang mulia,yang dimaksud disini mayoritas ulama mengatakan adalah Makkah.
Kemudian koleralasi antara surat ini dengan surat sebelumnya yaitu surat Al-Fajr,Allah SWT menyebutkan tentang kehinaan bagi orang-orang yang mencintai harta dengan cara yang berlebihan..(mala hubban jamma) yaitu Allah SWT menghinakan orang-orang yang mencintai harta lebih dari cintanya kepada Allah SWT,sehingga cintanya kepada Allah ,cintanya kepada Islam terkuras porsinya.Maka,orang-orang tersebut adalah orang-orang yang terhinakan,dihina oleh Allah SWT.Maka,pada surat ini korelasinya adalah Allah SWT menganjurkan kepada orang-orang yang berharta itu,yang suka dengan harta itu agar memberikan makan kepada orang miskin,memerdekan budak,menggunakan hartanya untuk dijalan Allah SWT.
Sebab sebab turunnya surat ini dijelaskan dalam ayat yang ke lima yakni ; “Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya”, turun kepada Abu al-Asyad bin Kaldah yang bangga dan sombong akan kekuatan, kekuasaan dan kekayaan. Ia termasuk orang yang sangat sombong dan terpedaya dengan kekuatannya. Ia menggelar dan membentangkan selendang kulitnya di bawah kedua telapak kakinya serya berkata: “Barang siapa yang mampu menggelincirkanku dari selendang ini maka ia akan mendapatkan hadiah.” Lalu ada sepuluh orang yang mencoba menariknya akan tetapi semua sia-sia dan ia masih tetap berada di atas selendangnya. Dan si kafir ini juga berkata: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak untuk memusuhi Muhammad SAW.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Alusi, Tafsir Khozin dan Tafsir Jami’ul Bayan at-Thobary)




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Lafadz dan terjemahan Qs. Al-Balad





1.        aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
2.        dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini,
3.        dan demi bapak dan anaknya.
4.        Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
5.        Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
6.        dan mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak".
7.        Apakah Dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
8.        Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
9.        lidah dan dua buah bibir.
10.    dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[1578],
11.    tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12.    tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13.    (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14.    atau memberi Makan pada hari kelaparan,
15.    (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16.    atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
17.    dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
18.    mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
19.    dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
20.    mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.


B.  Arti Al Balad perkata
(البلد) al-Balad, Allah bersumpah dengan pada ayat ini, terulang dalam al-Qur’an sebanyak 8 kali, empat diantaranya bergandeng dengan kata (هَذَا) hadza/ini yang jika demikian selalu yang dimaksud adalah kota Makkah.
(حِلّ) Hill, berakar dari makna melepas ikatan yang berkembang makna-makna lain seperti bermukim di satu tempat.
(والد) Walid, diterjemahkan Bapak atau ayah
(كبد) Kabid, dengan kasrah pada huruf ba’ atau huruf (i) sesudah (ba) berarti hati, sedang (كبد) kabad dengan fathah pada huruf ba’ atau huruf (a) sesudah (b) diartikan sebagai penyakit yang melanda hati.
(يَحسَبُ) Yahsabu / menduga
(اَهْلكت)    Ahlaktu terambil dari kata (هلكhalaka yang berarti sesuatu tanpa manfaat.
(هديناه)      Hadainahu terambil dari kata (الهدى) al-huda pada mulanya digunakan dalam arti batu besar yang terdapat di laut atau sungai dan yang digunakan sebagai rambu guna menghindari bahaya.
(النجدين)    An-Najdain, bentuk tunggalnya adalah (نجد) najd yang berarti dataran yang tinggi lagi terbentang luas dan jelas.
(اقتحم)      Iqtahama terambil dari kata (قحمه) qahmah yang berarti keras, sulit.
(فكّ)         Fakk terambil dari kata  فكّ(fakka) yang berarti membuka
(رقبة        Raqabah pada mulanya berarti leher, dipahami dalam arti hamba sahaya.
(مقربة)       Maqrabah terambil dari kata (قربqurb yang berarti dekat.
(مسكين)    Miskin terambil dari kata (سكن) sakana berarti menetap, tidak bergerak, tunduk, hina dan lemah.
(متربه)        Matarabah terambil dari kata  تراب(turab) yang berarti tanah
(تواصوا)      Tawashau terambil dari kata (وصّى- وصيه) wassha – washiyyah, yang berarti tanah yang dipenuhi yakni bersinambung tumbuhannya.
(صبر)        Shabr terdiri dari huruf-huruf (صـ) shad, (ب) ba’, dan (ر) ra’, maknanya berkisar pada tiga hal, pertama menahan, kedua ketinggian sesuatu, ketiga jenis batu.




C.  Tafsir
Ayat 1-4: Hidup manusia penuh dengan perjuangan.


Aku bersumpah dengan negeri ini,
 “Yaitu negeri Mekah yang merupakan negeri yang paling utama secara mutlak, khususnya ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sana.”


dan engkau (Muhammad), bertempat di negeri (Mekah) ini,
“Kata ‘hil’ di ayat ini bisa berarti ‘halal.’ Yang menunjukkan bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam akan menaklukkannya, dan ternyata demikian”


dan demi (pertalian) bapak dan anaknya.
Yakni Adam dan keturunannya. Isi sumpahnya adalah apa yang disebutkan pada ayat selanjutnya.


Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

Yakni penuh dengan penderitaan dan merasakan berbagai musibah di dunia, di alam barzakh dan pada hari Kiamat. Oleh karena itu, sepatunya ia berusaha melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan penderitaan itu dan mendatangkan kegembiraan serta kesenangan selama-lamanya. Jika ia tidak melakukannya, maka ia akan senantiasa dalam penderitaan. Bisa juga maksudnya, bahwa Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; dia ditakdirkan untuk dapat bertindak dan melakukan pekerjaan yang berat, namun sayang dia tidak bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap nikmat yang besar itu, bahkan bersikap angkuh dan sombong dengan keadaannya kepada Penciptanya. Cukuplah sebagai bukti kebodohan dan kezalimannya ketika ia menyangka bahwa keadaan itu akan tetap langgeng padanya dan bahwa kemampuannya akan terus dimilikinya. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya?”

Ayat 5-10: Menceritakan kaum kafir Mekah yang menentang kebenaran dan mendustakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.


Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya?
Ia bersikap melampaui batas dan berbangga diri dengan harta yang dikeluarkannya dalam jumlah besar untuk memuaskan hawa nafsunya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebut di ayat ini mengeluarkan harta untuk memuaskan hawa nafsu dan bermaksiat dengan ‘ihlaak’ (membinasakan atau menghabiskan), karena pengeluaran tersebut tidak bermanfaat bagi orang yang mengeluarkannya, bahkan hanya membuatnya menyesal, rugi, kelelahan dan membuat hartanya berkurang. Berbeda dengan orang yang mengeluarkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah di jalan-jalan kebaikan, maka ia akan mendapatkan keuntungan dari infaknya itu dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menggantinya dengan berlipat ganda.


Dan mengatakan, "Aku telah menghabiskan harta yang banyak.”
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman mengancam orang yang berbangga ini dengan mengeluarkan harta untuk memuaskan hawa nafsunya itu.


Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya?
Yakni apakah ia mengira ketika berbuat demikian, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan melihatnya dan menghisab amalnya baik yang kecil maupun yang besar? Bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala melihatnya, menjaga amalnya dan menyerahkannya kepada para malaikat yang mencatatnya (Al Kiraamul Kaatibuun) untuk kemudian diberikan balasan.


Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata,
Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-nikmat-Nya agar dia mengakuinya.

dan lidah dan sepasang bibir?
Untuk keindahan dan untuk melihat.


Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan,
Untuk berbicara dan keperluan lainnya. Ini contoh nikmat dunia. Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat agama.

Ayat 11-20: Peristiwa besar pada hari Kiamat, dimana seseorang tidak dapat melintasinya kecuali dengan amal saleh.


Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki dan sukar?
Yakni kebaikan dan kejahatan serta mana petunjuk dan mana kesesatan. Hal ini merupakan nikmat yang sangat besar yang seharusnya seorang hamba mau memenuhi hak-hak Allah Subhaanahu wa Ta'aala, bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan tidak menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat kepada-Nya. Namun sayang, sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya, ia tidak mau melakukannya.


Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar?
Karena ia lebih mengutamakan hawa nafsunya.


(yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya),
Baik dengan memerdekakannya atau membantu agar ia (budak) dapat melunasi pemerdekaan dirinya kepada tuannya. Yang lebih patut lagi adalah memerdekakan tawanan yang muslim yang ditangkap oleh orang kafir.


atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan.
Yakni di samping sebagai anak yatim, ia juga fakir dan memiliki hubungan kekerabatan.


(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
Dengan hati mereka kepada semua yang wajib diimani, dan mengerjakan amal saleh dengan anggota badan mereka baik yang berupa ucapan maupun perbuatan; yang wajib maupun yang sunat.


atau orang miskin yang sangat fakir.
Untuk tetap taat kepada Allah, menjauhi maksiat dan menerima tanpa keluh kesah takdir Allah yang perih serta melakukan semua itu dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.


Kemudian menjadi termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Kepada makhluk, seperti memberi orang yang membutuhkan, mengajarkan orang yang tidak tahu, membantu mereka untuk maslahat agama dan dunia mereka, mencintai kebaikan untuk mereka seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri, membenci sesuatu yang tidak disukai menimpa mereka sebagaimana ia membenci hal itu menimpa dirinya.


Mereka (yang telah disebutkan sifat-sifatnya itu) adalah golongan kanan.
Karena mereka mengerjakan perintah-perintah Allah, baik yang terkait dengan hak-hak-Nya maupun yang terkait dengan hak hamba-hamba-Nya, serta mereka tinggalkan larangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Inilah tanda kebahagiaan dan keberuntungan.


Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
Menolak perkara-perkara yang telah disebutkan; tidak beriman kepada Allah dan tidak beramal saleh serta tidak sayang kepada hamba-hamba Allah.


Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Sehingga mereka tidak dapat keluar darinya dan berada dalam kesempitan, penderitaan dan siksa, wal ‘iyaadz billah.


D.  Fiqhul ayat
Manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan; janganlah manusia terpedaya oleh kekuasaan dan harta benda yang banyak yang telah dibelanjakannya; beberapa peringatan kepada manusia atas beberapa nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dan bahwa Allah telah menunjukkan jalan-jalan yang akan menyampaikannya kepada kebAhagiaan dan yang akan membawanya kepada kecelakaan. Manusia mukmin harus mengerahkan seluruh daya dan potensi  dirinya untuk mampu meniti “aqabah” (jalan terjal) kehidupan.
Surat Al Balad mengutarakan bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari kebahagiaan dan Allah sendiri telah menunjukkan jalan yang membawa kepada kebaikan, dan jalan yang membawa kepada kesengsaraan. Tuhan menggambarkan bahwa jalan yang membawa kepada kebahagiaan itu lebih sulit menempuhnya daripada yang membawa kepada kesengsaraan.
Manusia yang beriman dan beramal saleh akan masuk pada golongan “as-habul maimanah” sedangkan orang yang tidak beriman dan menghambur-hamburkan hartanya di jalan setan adalah masuk golongan “as-habul masy-amah”




BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Surah ini mengandung isyarat tentang kedudukan mulia Kota Makkah sekaligus menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan kodrat serta potensi menghadapi berbagai tantangan. Salah satu bentuk perjuangan tersebut adalah perjuangan mengangkat taraf hidup orang lemah seperti anak-anak yatim. Tujuan utama surat ini adalah menunjukkan betapa manusia sangat lemah dan bahwa kuasa dan kekuatan hanya dimiliki oleh Allah Swt.




DAFTAR PUSTAKA

·         Abduh, al-Ustadz Muhammad, Tafsir Juz ‘Amma, Sinar Baru, Bandung, 1993, hlm. 167
·         Shihab, Quraish, M., Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 261-265
·         Ibid., hlm. 271
·         Ibid., hlm. 275
·         Ibid., hlm. 280
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an diperoleh tanggal 20 November 2012.
·         H.p Akhmad Yasin. 2002. Modul Pendidikan Islam. Diponegoro






Tidak ada komentar:

Posting Komentar