MAKALAH
MULOK
QS.
AL- BALAD
KELOMPOK 1
Anggota :
1.
Johan .M
2.
Aldi Cahya Dinata
3.
Ilham Saripudin
4.
Ahmad Marselino
5.
Epa Anggraeni
6.
Siti Sahati
7.
Rika Aryanti
8.
Sri Wulandari
MADRASAH
ALIYAH NEGERI BAYAH
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat allah swt karena
dengan rahmat dan taufik dan hidayah-Nya kami menyusun makalah tentang
Qs.Al-Balad.
Makalah ini mengacu pada beberapa sumber.
Penyusun makalah ini disajikan dengan bahasa yang komunikatif dan penjelasannya
yang ringkas, padat, serta jelas dimaksud untuk membantu mempermudah rekan
siswa dalam menelaah bahan makalah tentang Qs.Al-Balad ini.
Penyusun sudah berupaya semaksimal mungkin
untuk dapat menyajikan makalah ini agar benar-benar bermanfaat, mudah dipahami
dan dapat diterima oleh rekan siswa. Demikian kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna karena itu yang berupa saran dan kritik membangun sangat kami harapkan.
Bayah, 17 agustus 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
1.
Lafadz
dan terjemahan Qs. Al-Balad.............................................................. 4
2.
Arti
Al Balad perkata ..................................................................................... 5
3.
Tafsir
............................................................................................................. 6-9
4.
Fiqhul ayat ...................................................................................................... 9
BAB III Penutup
1.
Kesimpulan
...................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
Surah Al-Balad (bahasa Arab: البلد) adalah surah ke-90 dalam al-Qur'an. Ulama sepakat bahwa
surat ini adalah surat Makkiyah yang artinya surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.Jumlah ayatnya ada 20 ayat.
Alasan disebut dengan surat Al-balad adalah
karena Allah SWT bersumpah pada awal surat ini dengan menggunakan kata Al-balad
yaitu Al-baladul (harom)…negeri
yang harom,negeri yang mulia,yang dimaksud disini mayoritas ulama mengatakan
adalah Makkah.
Kemudian koleralasi antara surat ini dengan
surat sebelumnya yaitu surat Al-Fajr,Allah SWT menyebutkan tentang kehinaan
bagi orang-orang yang mencintai harta dengan cara yang berlebihan..(mala hubban
jamma) yaitu Allah SWT menghinakan orang-orang yang mencintai harta lebih dari
cintanya kepada Allah SWT,sehingga cintanya kepada Allah ,cintanya kepada Islam
terkuras porsinya.Maka,orang-orang tersebut adalah orang-orang yang
terhinakan,dihina oleh Allah SWT.Maka,pada surat ini korelasinya adalah Allah
SWT menganjurkan kepada orang-orang yang berharta itu,yang suka dengan harta
itu agar memberikan makan kepada orang miskin,memerdekan budak,menggunakan
hartanya untuk dijalan Allah SWT.
Sebab sebab turunnya surat ini dijelaskan
dalam ayat yang ke lima yakni ; “Apakah manusia itu
menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya”, turun kepada
Abu al-Asyad bin Kaldah yang bangga dan sombong akan kekuatan, kekuasaan dan
kekayaan. Ia termasuk orang yang sangat sombong dan terpedaya dengan
kekuatannya. Ia menggelar dan membentangkan selendang kulitnya di bawah kedua
telapak kakinya serya berkata: “Barang siapa yang mampu menggelincirkanku dari
selendang ini maka ia akan mendapatkan hadiah.” Lalu ada sepuluh orang yang
mencoba menariknya akan tetapi semua sia-sia dan ia masih tetap berada di atas
selendangnya. Dan si kafir ini juga berkata: “Aku telah menghabiskan harta yang
banyak untuk memusuhi Muhammad SAW.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir
al-Alusi, Tafsir Khozin dan Tafsir Jami’ul Bayan at-Thobary)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Lafadz
dan terjemahan Qs. Al-Balad
1.
aku benar-benar
bersumpah dengan kota ini (Mekah),
2.
dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini,
3.
dan demi bapak dan anaknya.
4.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah
payah.
5.
Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada
seorangpun yang berkuasa atasnya?
6.
dan mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang
banyak".
7.
Apakah Dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
8.
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
9.
lidah dan dua buah bibir.
10.
dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[1578],
11.
tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12.
tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13.
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14.
atau memberi Makan pada hari kelaparan,
15.
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16.
atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
17.
dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan
saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
18.
mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu)
adalah golongan kanan.
19.
dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu
adalah golongan kiri.
20.
mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
B.
Arti
Al Balad perkata
(البلد) al-Balad, Allah bersumpah dengan pada
ayat ini, terulang dalam al-Qur’an sebanyak 8 kali, empat diantaranya
bergandeng dengan kata (هَذَا) hadza/ini yang jika demikian selalu
yang dimaksud adalah kota Makkah.
(حِلّ)
Hill, berakar dari makna melepas ikatan yang berkembang makna-makna lain
seperti bermukim di satu tempat.
(والد)
Walid, diterjemahkan Bapak atau ayah
(كبد)
Kabid, dengan kasrah pada huruf ba’ atau huruf (i) sesudah (ba) berarti
hati, sedang (كبد) kabad dengan fathah pada huruf ba’ atau huruf (a)
sesudah (b) diartikan sebagai penyakit yang melanda hati.
(يَحسَبُ)
Yahsabu / menduga
(اَهْلكت) Ahlaktu terambil
dari kata (هلك) halaka yang berarti sesuatu tanpa manfaat.
(هديناه) Hadainahu terambil
dari kata (الهدى) al-huda pada mulanya digunakan dalam arti
batu besar yang terdapat di laut atau sungai dan yang digunakan sebagai rambu
guna menghindari bahaya.
(النجدين) An-Najdain,
bentuk tunggalnya adalah (نجد) najd yang berarti dataran yang tinggi lagi terbentang
luas dan jelas.
(اقتحم) Iqtahama terambil
dari kata (قحمه) qahmah yang berarti keras, sulit.
(فكّ) Fakk terambil
dari kata فكّ(fakka) yang berarti membuka
(رقبة) Raqabah pada
mulanya berarti leher, dipahami dalam arti hamba sahaya.
(مقربة) Maqrabah terambil
dari kata (قرب) qurb yang berarti dekat.
(مسكين) Miskin terambil
dari kata (سكن) sakana berarti menetap, tidak bergerak,
tunduk, hina dan lemah.
(متربه) Matarabah terambil
dari kata تراب(turab) yang berarti tanah
(تواصوا) Tawashau terambil
dari kata (وصّى- وصيه) wassha –
washiyyah, yang berarti tanah yang dipenuhi yakni bersinambung tumbuhannya.
(صبر) Shabr terdiri
dari huruf-huruf (صـ) shad, (ب) ba’, dan (ر) ra’, maknanya
berkisar pada tiga hal, pertama menahan, kedua ketinggian sesuatu, ketiga jenis
batu.
C.
Tafsir
Ayat
1-4: Hidup manusia penuh dengan perjuangan.
Aku bersumpah dengan negeri ini,
“Yaitu negeri Mekah yang merupakan negeri yang
paling utama secara mutlak, khususnya ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
berada di sana.”
dan engkau (Muhammad), bertempat di negeri (Mekah) ini,
“Kata ‘hil’ di ayat ini bisa berarti
‘halal.’ Yang menunjukkan bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam akan
menaklukkannya, dan ternyata demikian”
dan demi (pertalian) bapak dan anaknya.
Yakni Adam dan keturunannya. Isi
sumpahnya adalah apa yang disebutkan pada ayat selanjutnya.
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah
payah.
Yakni penuh dengan penderitaan dan
merasakan berbagai musibah di dunia, di alam barzakh dan pada hari Kiamat. Oleh
karena itu, sepatunya ia berusaha melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan
penderitaan itu dan mendatangkan kegembiraan serta kesenangan selama-lamanya.
Jika ia tidak melakukannya, maka ia akan senantiasa dalam penderitaan. Bisa
juga maksudnya, bahwa Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya; dia ditakdirkan untuk dapat bertindak dan melakukan pekerjaan
yang berat, namun sayang dia tidak bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala
terhadap nikmat yang besar itu, bahkan bersikap angkuh dan sombong dengan
keadaannya kepada Penciptanya. Cukuplah sebagai bukti kebodohan dan
kezalimannya ketika ia menyangka bahwa keadaan itu akan tetap langgeng padanya
dan bahwa kemampuannya akan terus dimilikinya. Oleh karena itu, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa
tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya?”
Ayat 5-10:
Menceritakan kaum kafir Mekah yang menentang kebenaran dan mendustakan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun
yang berkuasa atasnya?
Ia bersikap melampaui batas dan berbangga
diri dengan harta yang dikeluarkannya dalam jumlah besar untuk memuaskan hawa
nafsunya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebut di ayat ini mengeluarkan harta
untuk memuaskan hawa nafsu dan bermaksiat dengan ‘ihlaak’ (membinasakan atau
menghabiskan), karena pengeluaran tersebut tidak bermanfaat bagi orang yang
mengeluarkannya, bahkan hanya membuatnya menyesal, rugi, kelelahan dan membuat
hartanya berkurang. Berbeda dengan orang yang mengeluarkan hartanya untuk
mencari keridhaan Allah di jalan-jalan kebaikan, maka ia akan mendapatkan
keuntungan dari infaknya itu dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menggantinya
dengan berlipat ganda.
Dan mengatakan, "Aku telah
menghabiskan harta yang banyak.”
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman
mengancam orang yang berbangga ini dengan mengeluarkan harta untuk memuaskan
hawa nafsunya itu.
Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang
melihatnya?
Yakni apakah ia mengira ketika berbuat
demikian, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan melihatnya dan menghisab
amalnya baik yang kecil maupun yang besar? Bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala
melihatnya, menjaga amalnya dan menyerahkannya kepada para malaikat yang
mencatatnya (Al Kiraamul Kaatibuun) untuk kemudian diberikan balasan.
Bukankah Kami telah menjadikan untuknya
sepasang mata,
Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan
nikmat-nikmat-Nya agar dia mengakuinya.
dan lidah dan sepasang bibir?
Untuk keindahan dan untuk melihat.
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua
jalan,
Untuk berbicara dan keperluan lainnya. Ini contoh nikmat
dunia. Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat
agama.
Ayat 11-20: Peristiwa besar pada hari
Kiamat, dimana seseorang tidak dapat melintasinya kecuali dengan amal saleh.
Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang
mendaki dan sukar?
Yakni kebaikan dan kejahatan serta mana petunjuk dan mana
kesesatan. Hal ini merupakan nikmat yang sangat besar yang seharusnya seorang
hamba mau memenuhi hak-hak Allah Subhaanahu wa Ta'aala, bersyukur kepada-Nya
atas nikmat-nikmat-Nya dan tidak menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat
kepada-Nya. Namun sayang, sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya, ia
tidak mau melakukannya.
Dan tahukah kamu apakah jalan yang
mendaki dan sukar?
Karena ia lebih mengutamakan hawa nafsunya.
(yaitu) melepaskan perbudakan (hamba
sahaya),
Baik dengan memerdekakannya atau membantu agar ia (budak)
dapat melunasi pemerdekaan dirinya kepada tuannya. Yang lebih patut lagi adalah
memerdekakan tawanan yang muslim yang ditangkap oleh orang kafir.
atau memberi makan pada hari terjadi
kelaparan.
Yakni di samping sebagai anak yatim, ia juga fakir dan
memiliki hubungan kekerabatan.
(kepada) anak yatim yang ada hubungan
kerabat,
Dengan hati mereka kepada semua yang wajib diimani, dan
mengerjakan amal saleh dengan anggota badan mereka baik yang berupa ucapan
maupun perbuatan; yang wajib maupun yang sunat.
atau orang miskin yang sangat fakir.
Untuk tetap taat kepada Allah, menjauhi maksiat dan menerima
tanpa keluh kesah takdir Allah yang perih serta melakukan semua itu dengan
lapang dada dan jiwa yang tenang.
Kemudian menjadi termasuk orang-orang
yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih
sayang.
Kepada makhluk, seperti memberi orang yang membutuhkan,
mengajarkan orang yang tidak tahu, membantu mereka untuk maslahat agama dan
dunia mereka, mencintai kebaikan untuk mereka seperti mencintai kebaikan untuk
dirinya sendiri, membenci sesuatu yang tidak disukai menimpa mereka sebagaimana
ia membenci hal itu menimpa dirinya.
Mereka (yang telah disebutkan sifat-sifatnya
itu) adalah golongan kanan.
Karena mereka mengerjakan perintah-perintah Allah, baik yang
terkait dengan hak-hak-Nya maupun yang terkait dengan hak hamba-hamba-Nya,
serta mereka tinggalkan larangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Inilah tanda
kebahagiaan dan keberuntungan.
Dan orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
Menolak perkara-perkara yang telah disebutkan; tidak beriman
kepada Allah dan tidak beramal saleh serta tidak sayang kepada hamba-hamba
Allah.
Mereka berada dalam neraka yang ditutup
rapat.
Sehingga mereka tidak dapat keluar darinya dan berada dalam
kesempitan, penderitaan dan siksa, wal ‘iyaadz billah.
D.
Fiqhul ayat
Manusia diciptakan Allah untuk berjuang menghadapi kesulitan; janganlah
manusia terpedaya oleh kekuasaan dan harta benda yang banyak yang telah
dibelanjakannya; beberapa peringatan kepada manusia atas beberapa nikmat yang
telah diberikan Allah kepadanya dan bahwa Allah telah menunjukkan jalan-jalan
yang akan menyampaikannya kepada kebAhagiaan dan yang akan membawanya kepada
kecelakaan. Manusia mukmin harus mengerahkan seluruh daya dan potensi dirinya untuk mampu meniti “aqabah” (jalan
terjal) kehidupan.
Surat Al Balad mengutarakan bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari
kebahagiaan dan Allah sendiri telah menunjukkan jalan yang membawa kepada
kebaikan, dan jalan yang membawa kepada kesengsaraan. Tuhan menggambarkan bahwa
jalan yang membawa kepada kebahagiaan itu lebih sulit menempuhnya daripada yang
membawa kepada kesengsaraan.
Manusia yang
beriman dan beramal saleh akan masuk pada golongan “as-habul maimanah”
sedangkan orang yang tidak beriman dan menghambur-hamburkan hartanya di jalan
setan adalah masuk golongan “as-habul masy-amah”
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Surah
ini mengandung isyarat tentang kedudukan mulia Kota Makkah sekaligus
menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan kodrat serta potensi menghadapi
berbagai tantangan. Salah satu bentuk perjuangan tersebut adalah perjuangan
mengangkat taraf hidup orang lemah seperti anak-anak yatim. Tujuan utama surat
ini adalah menunjukkan betapa manusia sangat lemah dan bahwa kuasa dan kekuatan
hanya dimiliki oleh Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
·
Abduh,
al-Ustadz Muhammad, Tafsir Juz ‘Amma, Sinar Baru, Bandung, 1993, hlm.
167
·
Shihab,
Quraish, M., Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian
al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 261-265
·
Ibid., hlm.
271
·
Ibid., hlm.
275
·
Ibid., hlm.
280
·
H.p
Akhmad Yasin. 2002. Modul Pendidikan Islam. Diponegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar