A.
Pengertian Manajemen
Kata
manajemen bersal dari bahasa latin , yaitu dari asal katamantis yang
berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan
kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan
manajemen. Akhirnya management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan. Secara etimologi kata manajemen mungkin berasal
dari bahasa Italia (1561)maneggiare yang
berarti "mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan kuda,
yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti
"tangan".[2] Bahasa Prancislalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris
menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur. Pengertian manajemen secara terminologi sebagai mana
dikemukakan oleh Taylor (1974: 02 )adalah : Management, the art of management
is defined as knowing exactly what you want to do, and then seing that they
do in the best and cheapest way.”Manajement adalah seni yang ditentukan
untuk mengetahui dengan sungguh-sungguh apa yang ingin kamu lakukan , dan
mengawasi bahwamereka mengerjakan sesuatudengan sebaik- baiknya dan dengan cara
semudah-mudahnya”.
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Apabila
ditinjau dari definisi-definisi yang lain, pengertian manajemen tersebut masih
dapat diartikan untuk semua jenis kegiatan, yang dapat diambil suatu kesimpulan
definisi yaitu : “Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk
kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan”.
Definisi
lain dari manajemen yang lebih lengkap sebagaimana dikemukakan oleh Mulyani A.
Nurhadi adalah sebagai berikut : “Manajemen adalah suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien”.
Dari
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen
selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu:
a) Usaha kerjasama,
b) Oleh dua orang atau lebih,
dan
c) Untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalam
pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama,
personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan
dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur
tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa
manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang
dilakukan oleh seorang individu.
B.
Pengertian Manajemen Pendidikan
1.
Pengertian Manajemen Pendidikan Secara Umum
Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa
Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari
“administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut,
administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah
yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang
sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan
tulis-menulis.
2.
Pengertian Manajemen Pendidikan Menurut Ahli
1. Menurut Leonard D. White, manajemen adalah
segenap proses, biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha negara,
pemerintah atau swasta, sipil atau militer secara besar-besaran atau secara
kecil-kecilan.
2. Menurut The Liang Gie, manajemen adalah segenap
proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu.
3.
Menurut
Sondang Palan Siagian, manajemen
adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan
atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
4.
Menurut
Pariata Westra, manajemen adalah
segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
5.
Dalam
kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum IIID,
baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah
Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua
sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna
menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Lebih lanjut Mulyani A.
Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian Manajemen Pendidikan yang
terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut :
1. Manajemen merupakan
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia.
2. Rangkaian kegiatan itu
merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan
yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini
tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
3. Proses pengelolaan itu
dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi
sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis
tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan
itu.
4. Proses itu dilakukan dalam
rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal
ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban
oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
5. Proses pengelolaan itu
dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Tujaun
pokok mempelajari manajemen pendidikan adalah untuk memperoleh cara, tekhnik, metodeyang
sebaik-baiknya di lakukan, sehingga sumber-sumber yang sangat terbatas (
seperti tenaga, dana, fasilitas, personal, material, maupun spritual ) sanangat
diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efisien dan produktif.
C.
Latar Belakang Diperlukannya Manajemen Pendidikan
Manajemen
dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan global disertai oleh
kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itu sendiri sangat
cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continous
improvement) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing
dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh
lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas/mutu pendidikan
dalam pengelolaannya. Suatu sistem pendidikan dapat
dikatakan berkualitas/bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung
secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak
mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan
yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan pembangunan.Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien
perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu
membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas
pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia
yang dapat menguasai pengetahuan,keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Oleh karena itu demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen pendidikan
yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.Manajemen pendidikan itu
terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan
juga pelaksanaannya.
Menurut
Handoko pentingnya manajemen dalam kehidupan ini disebabkan beberapa hal,
antara lain:
a. Pekerjaan itu berat dan
sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja.
b. Perusahaan akan berhasil
baik jika manajemen diterapkan dengan baik.
c. Manajemen merupakan suatu
pedoman pikiran dan tindakan.
d. Manajemen perlu untuk
kemajuan dan pertumbuhan.
e. Manajemen mengakibatkan
pencapaian tujuan secara teratur.
f. Manajemen selalu dibutuhkan
dalam setiap kerjasama sekelompok orang.
D.
Paradigma Mengelola Pendidikan
Pada
era reformasi, masyarakat Indonesia menginginkan perubahan dalam semua aspek
kehidupan bangsa. Pembaharuan pada sektor pendidikan yang memiliki peran
strategis dan fungsional , juga memerlukan paradigma baru yang harus
menekankan pada perubahan cara berpikir dalam pengelolaan dan pelaksanaan
pendidikan. Pendidikan yang telah berjalan selama ini tidak bisa menjadi
penggerak pembangunan di Indonesia, malahan pendidikan telah menghambat
pembangunan ekonomi dan teknologi, buktinya adalah dengan adanya kesenjangan
sosial, budaya, dan ekonomi. Berbagai masalah yang timbul tersebut diakibatkan
oleh semakin lemahnya pendidikan nasional. Pembaharuan pendidikan nasional yang
telah mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas
paradigma dan peran pendidikan dalam pembangunan . Paradigma tersebut
harus berimplikasi pada perubahan perspektif dalam pembangunan pendidikan,
mulai dari perspektif yang menganggap pendidikan sebagai sektor pelayanan umum
ke perspektif pendidikan sebagai suatu investasi produk yang mampu mendorong
pertumbuhan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Pendidikan sebagai faktor
yang dipengaruhi oleh berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai
kehidupan.
Melalui
paradigma baru tersebut, dimaksudkan pendidikan harus mampu melawan berbagai
tantangan dan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kehidupan. Pendidikan
dan kehidupan telah menyatu, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai proses
memanusiakan manusia. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan
rekonstruksi pendidikan dalam rangka membangun paradigma baru sistem pendidikan
nasional :
1.
Pendidikan
nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokratisasi bangsa.
2.
Pendidikan
nasional hendaknya memiliki misi agar tercipta partisipasi masyarakat secara
menyeluruh. Pendidikan tidak hanya terfokus dalam penyiapan tenaga kerja, tapi
untuk memperkuat kemampuan dasar pembelajar sehingga memungkinkan baginya untuk
berkembang lebih jauhdalam konteks kehidupan global.
3.
Substansi
pendidikan dasar hendaknya mengacu pada perkembangan potensi dan kreativitas
pembelajar. Pendidikan mengengah dan tinggi hendaknya diarahkan pada membuka
kemungkinan pengembangan kepribadian secara vertikal (keilmuan) dan horisontal
(keterkaitan antar bidang keilmuan).
4.
Pendidikan
dasar dan menengah perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang egaliter dan
demokratis agar tidak terjadi pengelompokan kelas atas dasar kemampuan
akademik.
5.
Pendidikan
tinggi harus mempersiapkan dan memperkuat kemampuan dasar mahasiswa untuk
memungkinkan mereka berkembang baik secara individu, anggota msyarakat, maupun
sebagai warga negara dalam konteks global.
6.
Kebijakan
kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, harus memperhatikan tahap
perkembangan pembelajar dan kesesuaian dengan lingkungan, perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, budaya, seni serta sesuai dengan jenjang
masing-masing satuan pendidikan dengan mengembangkan proses pembelajaran
kreatif.
7.
Perlu
mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar, yaitu:
· Kepercayaan (confidence)
· Keingintahuan (curioucity)
· Sadar tujuan
(intensionality)
· Kendali diri (self control)
· Mampu bekerja sama (work
together)
· Kemampuan bergaul secara
harmonis dan saling pengertian (relatedness)
8.
Untuk
menjaga relevansi outcome pendidikan, dengan mengimplementasikan filsafat
rekonstruksivisme dalam berbagai tingkat kebijakan dan praktisi pendidikan.
9.
Pendidikan
nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup memadai.
10. Realisasi pendidikan dalam
konteks lokal diperlukan badan-badan pembantu dalam dunia pendidikan. Misalnya
saja ‘Dewan Sekolah’ yang memiliki peran untuk memberi masukan-masukan dalam
berbagai aspek.
11. Menetapkan model rekruitmen
pejabat pendidikan secara profesional. Kompetensi dan sertifikasi guru dan
dosen juga harus dilakukan dengan profesional. Pemerintah harus membentuk badan
‘independen’ profesi guru dan dosen yang anggotanya terdiri dari tenaga
kependidikan profesional, terpercaya, dan bertanggung jawab yang akan
menilai kompetensi profesional, keilmuan, personal dan sosial dari guru dan
dosen.
Paradigmanya
adalah manajemen pendidikan harus sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman. Maka dinyatakan School Based Manajement (SBM) sebagai
alternatif paradigma baru, dengan pendekatan akar rumput (grass root approach).
Untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu, dikenal dengan paradigma
baru
manajemen pendidikan yang difokuskan pada otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan
evaluasi. Keempat pilar manajemen ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu (Wirakartakusumah, 1998)
manajemen pendidikan yang difokuskan pada otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan
evaluasi. Keempat pilar manajemen ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu (Wirakartakusumah, 1998)
E.
Unsur-Unsur Utama Dalam Proses Manajemen
Dalam
manajemen terdapat unsur-unsur atau komponen-komponen yang membuatnya menjadi
suatu proses yang berifat mengatur dan mengontrol, unsur tersebur seperti:
1.
Perencanaan: adalah suatu aktivitas integratif yang
berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai
suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Planningmenentukan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa
yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.[9]
2.
Pengorganisasian: membuat penggunaan maksimal dari sumberdaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana dengan baik.Organizing berarti
menciptakan suatu struktur organisasi dengan bagian-bagian yang terintegrasi
sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu sama lain dipengaruhi
oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur
tersebut. Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas-tugas.
3.
Leading/Kepemimpinan dan motivasi: memakai kemampuan di
area ini untuk membuat yang lain mengambil peran dengan efektif dalam mencapai
suatu rencana. Actuating adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya
adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara
efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
4.
Pengendalian: monitoting memantau kemajuan rencana,
yang mungkin membutuhkan perubahan tergantung apa yang terjadi.Controlling adalah
proses pengawasan performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya
perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer
dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan,
kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar
mengevaluasinya.
F. Konsep Manajemen dalam
Lembaga Pendidikan
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan
manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistemology) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut
disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Berdasarkan landasan
ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan landasan epistemology
yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemology pada
dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan
aspek ontologi dan aksiologi. Dengan demikian juga halnya
dengan masalah yang dihadapi epistimologi, yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi
masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul. Di dalam
pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat
pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.
Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi
masalah organisasi berdasarkan pendekatan keilmuan. Bagi seorang manajer perlu
pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan
nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan
kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam peraktek manajerial. Manajemen
mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan
dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Karakteristik teori manajemen
secara garis besar dapat dinyatakan:
1) Mengacu
pada pengalaman empirik,
2) Adanya
keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3) Mengakui
kemungkinan adanya penolakan.
Di dalam proses manajemen digambarkan
fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat
organisasi dan dimulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Menurut teori
klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 3 pilar yaitu: pembagian
kerja, struktur, rentang pengawasan. Namun banyak ahli yang mengatakan bahwa
manajemen belum mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai pendekatan. Karena
itu teori seringkali dikatakan sebagai pendekatan manajemen secara klasik,
neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu teori klasik yang tergolong paling
tua adalah manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Henry Fayol. Tergolong dari
teori klasik ini yaitu; tentang studi waktu dan gerak, administrasi, birokrasi.
Sedangkan teori neoklasik seringkali dikaitkan dengan pendekatan perilaku,
yaitu teori kebutuhan manusia, teori kepribadian dan organisasi selanjutnya
teori modern yaitu; pimpinan situasional, dan hubungan bagian dalam sistem dan
lingkungan.
Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam
praktik pendidikan antara lain:
a. Menentukan
cara/metode kerja
b. Pemilihan
pekerja dan pengembangan keahliannya.
c. Pemilihan
prosudur kerja.
d. Menentukan
batas-baras tugas
e. Mempersiapkan
dan membuat spesipikasi tugas
f. Melakukan
pendidikan dan latihan
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi dan produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya
manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga
pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan
informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan
adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat
kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi. Karena tugas terpenting dari
seorang manajer adalah menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan
sumberdaya manusia. Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai
hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan
kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer. Sumber daya manusia menurut penulis
terkandung aspek: kompetensi, keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku,
motivasi, dan komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang
lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan dikelompokkan
kedalam SDM Pendidikan dalam sekolah dan SDM pendidikan luar sekolah. Apabila
dilihat dari segi tugas pokoknya, dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga
administratif dan tenaga penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga
kependidikan ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing,
pengajar, pelatih), pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar,
peneliti dan penguji.
Persoalan pokok
dalam pembinaantenaga kependidikan adalah pembinaan etos kerja. Etos kerja
adalah sikap mentaluntuk menghasilkan produk kerja yang baik, bermutu tinggi
baik barang maupunjasa. Etos kerja dipengaruhi oleh sikap, pandangan,
cara-cara, dankebiasaan-kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok
atau bangsa. Pembinaan etos kerja ini
merupakan bagian dari pembinaan tata nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah
ini tidak cukup diperhatikan. Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak
dilakukan pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti
keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi
membentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya
kurang diperhatikan. Tentunya hal ini dapat terwujud jika kemampuan
menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang oleh etos kerja, motivasi
tinggi untuk berprestasi. Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah
satu usaha dengan menciptakan suasana kerja yang mengantarkan perilaku
karyawan/ guru ke arah yang lebih produktif secara langsung mengubah sikap,
pandangan harapan dan keterampilan/ keahlian yang lebih efektif yang sekarang
sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dan ini tantangan para
manajer/pimpinan pendidikan.
G. Tujuan dan manfaat Manajemen
pendidikan
Dilakukan manajemen agar
pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara
benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif,
berkualitas, efektif dan efesien.
a.
Produktifitas
Produktifitas adalah
perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber
yang dipergunakan (input) produktifitas dapat dinyatakan secara kuantitas
maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input
berupa jumlah tenaga kerja dan sumber datya selebihnya (uang, peralatan,
perlengkapan, bahan dsb). Produktifitas dalam ukuran kualitas tidak dapat
diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan
metode atau cara kerja dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon
positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap
produktifitas secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu
dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
b.
Kualitas
Menunjukan pada suatu
ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan pada barang
atau jasa tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan kinerjanya.
Dengan demikian mutu adalah jasa atau produk yang menyamai bahkan melebihi
harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan.
c.
Efektifitas
Ukuran keberhasilan tujuan
organisasi. Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan
kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, sarana
prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dengan masyarakatnya.
Efektifitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan yang merata, (2) keluaran
yang banyak dan bermutu tinggi (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat yang sedang membangun (4) pendapatan tamatan yang memadai
(Engkoswara,1987)
d.
Efisiensi
Efesiensi berkaitan dengan
cara yaitu membuat suatu dengan betul. Efisiensi lebih ditekankan pada
perbandingan antara input atau sumberdaya dengan output. Suatu kegiatan
dikatakan efesiensi bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan
atau pemakaian sumberdaya yang minimal. Efesiensi pendidikan adalah bagainmana
tujuan dapat dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi waktu, biaya, tenaga dan
sarana.
H. PANDANGAN TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN
Untuk mengkaji lebih dalam tentang manajemen
khususnya manajemen pendidikan, perlu disampaikan pandangan tentang manajemen
khususnya manajemen pendidikan:
a.
Manajemen
sebagai suatu sistem
Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
b.
Manajemen
sebagai suatu proses
Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer.
Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer.
c.
Manajemen
sebagai proses pemecahan masalah
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi. Secara konkrit dalam organisasi pelayanan pendidikan, seperti yang dilakukan di Dinas Pendidikan yaitu, identifikasi masalah, perumusan masalah, dilanjutkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai hasil kegiatan secara efektif dan efisien.
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi. Secara konkrit dalam organisasi pelayanan pendidikan, seperti yang dilakukan di Dinas Pendidikan yaitu, identifikasi masalah, perumusan masalah, dilanjutkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai hasil kegiatan secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pandangan
di atas, dapat disimpulkan ada dua alasan mendasar, mengapa manajemen
perencanaan pendidikan diperlukan, yaitu :
1)
Untuk mencapai
ketuntasan Wajar 9 tahun, manajemen pendidikan dibutuhkan sebagai kerangka
kerjasama untuk mencapai tujuan yaitu ketercapaian APK sebesar 95% dan juga
tujuan institusi pendidikan itu sendiri.
2)
Untuk
menyukseskan ketuntasan Wajar 9 Tahun, manajemen pendidikan diperlukan sebagai
proses pemecahan masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Brantas, Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: Alfabeta. 2009.
Siswanto, Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Smith, Adan Management System Analysis and Aplication (Cet. I;Japan: Holt Saunders International, 1982
Darajat, Zakia Pendidikan Islam dalam Keluarga
dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar