Senin, 11 April 2016

Pengertian Wawancara

WAWANCARA


A.  Pengertian Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

B.   Jenis-Jenis Wawancara
1.    Wawancara secara serta-merta/langsung, dilakukan secara spontan dan dilakukan dalam situasi yang alamiah. Hubungan antara pewawancara dengan yang diwawancarai berlangsung secara wajar. Pertanyaan dan jawaban berjalan sebagaimana layaknya obrolan sehari-hari.
2.    Wawancara dengan petunjuk umum, pewawancara membuat kerangka atau pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara dilangsungkan.
3.    Wawancara dengan menggunakan seperangkat pertanyaan yang telah dibakukan. Urutan, kata-kata, serta cara penyajian pertanyaan untuk jenis wawancara ini sudah ditetapkan. Pewawancara kemudian membacakan secara apa adanya atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan.

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
·       Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
·       Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
·       Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

C.  Tahapan dalam Wawancara
1.    Tahap Persiapan
Pelaksanaan wawancara harus diawali dengan perisapan-persiapan di bawah ini:
a.    Tentukan tujuan wawancara yang akan dilaksanakan,
b.    Tentukan informasi, keterangan, dan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan wawancara,
c.    Pilihlah instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi, keterangan, atau data yang diperlukan,
d.    Hubungilah narasumber sebelum wawancara dilaksanakan. Rundingkanlah dengan mereka hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara misalnya mengenai waktu, tempat, dan sebagainya,
e.    Susunlah pokok-pokok pertanyaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.
2.    Tahap Pelaksanaan
a.    Tahap Pembkaan
Dalam tahap ini, pewawancara memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan maksud dan tujuan wawancara. Pewawancara hendaknya mengikuti tata aturandan kesopanan, baik dalam penampilan maupun penggunaan bahasa. Penampilan hendaknya rapi, bersih, dan enak dipandang. Adapun dalam penggunaan bahasa, hendaklah ia menggunakan tutur kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang yang diwawancarai. Supaya proses tanya jawab berlangsung dengan baik, akan lebih baikapabila pewawancara mengenal lebih jauh mengenai identitas atau keterangan-keterangan yang berkenaan dengan pribadi narasumber. Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya secara tepat, mulai dari nama, keahlian, sampai pada pekerjaan atau jabatannya.
b.    Tahap Inti
Ajukanlah pertanyaan secara sistematis. Kemudkakan pertanyaan itu secara jelas dan singkat. Jumlah pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan waktu. Pertanyaan-pertanyaan disampaikan dengan ramah sehingga dapat menciptakan suasana akrab dengan orang yang diwawancarai. Selama proses wawancara berlangsung, pewawancara hendaknya bersikap sebagai pihak yang netral. Artinya, ia tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa, ataupun konflik-konflik lainnya yang mungkin dikemukakan narasumber. Pewawancara hendaknya tidak pula mempengaruhi sikap, pendirian, ataupun emosi-emosi narasumber. Selain itu, pewawancara harus pula mempunyai kesiapan dan tektik-teknik khusus dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi. Misalnya, jawaban yang dikemukakan narasumber, dan sebagainya.
Pewawancara hendaknya memiliki kemampuan mendengar yang akurat. Catatlah data penting yang dikemukakan oleh orang yang diwawancarai. Apabila perekaman data menggunakan tape recorder hendaknya berdasarkan persetujuan narasumber terlebih dahulu. Namun demikian, walaupun sudah menggunakan tape recorder, sebaiknya pewawancara tetap melakukan pencatatan, yang cukup berupa kata-kata kunci dari pendapat yang dikemukakan narasumber. Catatan atau kata-kata kunci itu gunanya untuk membantu pewawancara agar (1) dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya, (2) membantu pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam pita kaset sehingga mempermudah proses penganalisisannya.
c.    Tahap Penutup
Akhiri kegiatan wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan. Pewawancara hendaknya menyatakan ucapan terima kasih. Tambahkan pula pengharapannya agar kedua pihak dapat bertemu lagi pada kesempatan lain. Tetaplah pelihara hubungan baik dengannya. Sebelum hasil wawancara itu diolah atau dipublikasikan, sebaiknya narasumber mengetahui rekaman atau catatan dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakannya itu. Cara ini dapat menghindari kesalahpahaman di samping memberikan kesempatan kepada narasumber untuk mengoreksi kekeliruan yang mungkin terjadi dari yang telah dikatakannya.

D.  Bentuk-Bentuk Wawancara
Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
1.    Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2.    Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3.    Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
4.    Wawancara pribadi.
5.    Wawancara dengan banyak orang.
6.    Wawancara dadakan / mendesak.
7.    Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

E.   Menulis Laporan Wawancara
Wawancara merupakan salah satu tekni pengumpulan informasi. Karena itu, setelah proses wawancara berlangsung, pewawancara harus menuangkan hasilnya ke dalam sebuah laporan. Penuangan hasilnya itu perlu dilakukan dengan segera karena pikiran masih segar dalam mengingat jalannya wawancara. Menulis laporan merupakan kegiatan terakhir dari proses wawancara. Laporan wawancara dapat disusun dalam bentuk artikel jurnalistik seperti yang kita lihat di koran-koran; dapat pula disusun dalam bentuk formal, yang meliputi tiga bagian-bagian berikut;
1.    Pendahuluan, yang meliputi:
a.    Latar belakang pelaksanaan wawancara,
b.    Tujuan wawancara,
c.    Nama instansi atau narasumber yang diwawancarai,
d.    Waktu dan tempat dilaksanakan wawancara.
2.    Isi, yang meliputi;
a.    Informasi tentang berbagai hal sesuai dengan pokok-pokok masalah yang telah direncanakan,
b.    Uraian tentang analisis atau hasil wawancara.
3.    Penutup; yang meliputi;
a.    Kesimpulan
b.    Saran-saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan hasil wawancara:
1.    Penulisan hendaknya memperhatikan ejaan dan tata bahasa baku,
2.    Penulisan hendaknya timelakukan penafsiran yang terlalu jauh (berlebihan) batas hasil wawancara,
3.    Pilihlah informasi yang penting dan relevan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan,
4.    Penulis hendaknya memelihara kerahasiaan dan menjaga nama baik narasumber.

F.   Sikap-Sikap yang harus dimiliki pewawancara
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
·       Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
·       Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
·       Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.

·       Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar